M Jasin

Pencegahan itu Lebih Menantang

Tak banyak orang tahu siapa Mochammad Jasin kala ia menjabat sebagai Direktur Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Komisi Pemberantasan Korupsi.

Nama pria kelahiran Blitar, 14 Juni 1958 itu mulai diperbincangkan orang saat ia mendaftarkan diri sebagai calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dua tahun lalu. Karena saat pencalonan, Jasin harus bersaingan dengan beberapa atasannya di Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Saya merasa terpanggil untuk ikut membebaskan negara ini dari penyakit akut bernama korupsi," kata Jasin dalam perbincangan dengan VIVAnews, Rabu 28 Januari 2009. Padahal, saat pemilihan di Dewan Perwakilan Rakyat,  Jasin sempat pesimis akan lolos karena persaingan yang sangat ketat.

"Saingannya itu calon 660 orang, yang dipilih itu cuman lima. Indonesia ini kan banyak orang pintarnya," tukasnya. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur saat lolos sebagai salah satu pimpinan.

Menjadi wakil ketua bidang pencegahan bagi Jasin merupakan pekerjaan yang lebih menantang sebab membutuhkan pemikiran dan ide-ide yang baru. "Perlu pemikiran.. usaha, effort, dan kesungguhan untuk membuahkan hasil," kata bapak dua anak ini.

Meski di sisi lain, penindakan pun tak kalah pentingnya. Sebab, pemberantasan korupsi dengan cara pencegahan tanpa ada sanksi pidana (penindakan) tidak akan berhasil.

Jasin menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan Administrasi Negara di Universitas Brawijaya Malang pada 1984. Lima tahun kemudian berhasil merampungkan Master bidang Business Management di Technological University of The Philippines, Manila. Gelar doktor di bidang yang sama diraihnya dari Adamson University, Manila, Filipina.

Jasin memulai karier sebagai staf Departemen Perindustrian. Karirnya terus berlanjut hingga menduduki posisi Pembantu Asisten pada Asmenko IV bidang pengembangan wilayah di Kementerian Koordinator bidang Produksi dan Distribusi.

Setelah itu Jasin menjabat berbagai jabatan di berbagai instansi pemerintah mulai dari Kementerian Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, hingga Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN).

Bekerja di Komisi Pemberantasan Korupsi, kata dia, merupakan pekerjaan paling menantang karena setiap pegawai sampai pimpinan diperlakukan dengan sistem sama. "Uang makan misalnya satu juta pr bulan dan habis 750 ribu (Rupiah). Uang sisa itu harus dikembalikan. Seribu pun harus dikembalikan," kata dia.

Oleh karena itu, tiap kali makan di warung nasi padang, atau warung lainnya, Jasin selalu meminta bon. "Supaya bisa dilaporkan ke kantor," tambahnya.

Semangat pemberantasan korupsi yang dibangun di Komisi Pemberantasan Korupsi pun membawa dia semakin menggiatkan olah raga tanpa patner. Maksudnya? "Seperti lari, berenang. Jadi, tidak perlu mengajak siapapun untuk berolah raga. Saya pilih olah raga yang jauh dari kemungkinan korupsinya," tukasnya.

Salah satu tempt favoritnya adalah taman terbuka di lantai tiga kantor Komisi Pemberantasan Korupsi. "Kalau lagi ada waktu senggang, lari saja sendirian. Taman itu saya kelilingi sampai beberapa kali. Sehat kan," katanya sambil tertawa.

Di komisi antikorupsi, dirinya dan rekan sejawat lainnya diajari untuk menahan diri tidak menerima apapun dari narasumber atau siapapun. "Negara kita ini sudah digerogoti korupsi," pukasnya.

Persib Bandung Bagi-bagi Takjil Gratis, Maskot Ikut Turun ke Jalan
Gerhana Matahari.

Gerhana Matahari Bisa 'Mengocok' Emosi Manusia sampai Mewek

Menurut NASA, jangan heran jika Anda atau seseorang di sekitar akan menangis ketika menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT).

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024