Balita Kelamin Ganda Tak Punya Biaya Operasi

SURABAYA POST - Meskipun alat kelamin Sony (4) tak normal, namun orangtua Sony, warga Sumberkedawung, Kab. Probolinggo tidak mampu menanggung biaya operasi anaknya yang berkelamin ganda.

Bocah balita itu tampak gesit berlarian hilir-mudik dari dalam rumah menuju halaman rumahnya, yang tanpa pagar, menyatu dengan Jl. Nusantara di Desa Sumberkedawung, Kec. Leces, Kab. Probolinggo. Bocah bernama lengkap Sony Rama Fatahilah itu terlihat gesit bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya.

Sesekali ibunya, Ipita Maesari sambil melayani pembeli pisang goreng dan es campur di warung depan rumahnya mengingatkan, anaknya berhati-hati. “Awas hati-hati, ada sepeda motor lewat,” ujarnya.

Totok, sang ayah tampak menunggu salon kecantikan di rumahnya. Terkadang ia menyiapkan pelaminan dan merias pengantin. Beberapa kali Sony, yang penampilan fisiknya memang laki-laki merajuk pada ibunya, meminta minum dan gendong. Maklum bocah yang lahir 28 September 2005 itu anak semata wayang.

Namun ada kegalauan di benak pasangan Ipita dan Totok menyaksikan anaknya yang menapaki masa pertumbuhan. “Sampai sekarang saya sedih melihat kondisi anak saya yang berkelamin ganda,” ujar Ipita.

Sambil membuka celana anaknya, Totok menunjukkan, sekilas alat kelamin anaknya seperti perempuan. “Tetapi di tengah-tengah kelamin perempuan yang tidak ada lubangnya itu ada ‘burung’ (alat kelamin laki-laki) seukuran kacang kedelai,” ujarnya.

Sony sempat menangis menjerit-jerit saat celananya dibuka. “Sony mulai malu kalau telanjang, apalagi kalau diolok-olok temannya, ia menangis,” ujar Ipita.

Meski dari keluarga miskin, Ipita yang mengaku menikah di usia muda (15) dengan Totok (19) itu berharap anaknya bisa normal seperti teman-teman sepermainannya.

Saat berusia sekitar 1,5 tahun, Sony pun sempat diperiksa Bagian Genetika Medik, Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya. Prof. dr HSM Soeatmadji, yang memeriksa menyimpulkan, Sony laki-laki normal.

“Sebenarnya di Leces ada juga anak yang kondisinya seperti cucu saya. Pada akhir 2008 lalu dioperasi di Surabaya akhirnya normal,” ujar Sidik, kakek Sony. Namun sang kakek mengaku tidak sanggup membayar biaya operasi sekitar Rp 12 juta seperti bocah Leces itu.

Sebenarnya harapan agar Sony bisa menjadi “laki-laki sejati” pernah terngiang di telinga Ipita dan Totok. “Saya masih ingat, saat Sony berusia 20 bulan, istri Pak Bupati Hasan pernah ke sini bersama dokter Puskesmas dan Pak Camat Leces, bermaksud membantu pengobatan Sony,” ujar Mariah, nenek Sony.

Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) yang diketuai istri bupati saat itu (Dian Prayuni) menawarkan, hendak menanggung biaya operasi Sony di RS Dr Soetomo, Surabaya.

K3S yang saat itu didampingi Kepala Puskesmas, dr Rosalia M.W. dan bidan Yunika memberi harapan, kondisi Sony bisa diobati. “Namun sampai sekarang, Sony belum diapa-apakan, hanya didata-data tetapi belum dioperasi,” ujar Ipita.

Dokter Rosalia yang sempat memeriksa Sony mengatakan, balita itu dua “telur”-nya normal. Hanya saja penisnya tenggelam di antara gundukan daging, atau biasa disebut micropenis.

Meski ‘burung’-nya tenggelam, kata Ipita, Sony tidak pernah mengeluhkan sakit apa-apa. “Kalau kencing juga mancur jauh seperti anak laki-laki lainnya,” ujarnya.

Sebenarnya, bocah yang kondisinya seperti itu tidak hanya dialami Sony. “Di Sumberkedawung ada juga bocah sebaya Sony, namanya Mochammad Arif, kelaminnya juga tidak normal, malah ‘telur’-nya di atas ‘burung’,” ujar Husni Mubarok, Ketua Desa Siaga Sumberkedawung.

Laporan: Ikhsan Mahmudi

KPK Ungkap Background Pejabat Pemilik Aset Kripto Miliaran
Brigade al-Quds Brigade Tulkarm, Mohammad Jaber atau Abu Shujaa

Dikira Tewas oleh Israel, Komandan Al Quds Abu Shujaa Tiba-tiba Muncul di Pemakaman

Komandan kelompok bersenjata Palestina Al-Quds, Brigade Tulkarm di Tepi Barat, Abu Shujaa yang diberitakan telah terbunuh oleh pihak Israel pekan lalu, tiba-tiba muncul.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024