- AP Photo/Koji Sasahara
VIVAnews - Indeks harga saham di sejumlah bursa utama di Asia merosot di tengah kekhawatiran para pelaku pasar bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan melemah, saat sejumlah pemerintah mulai mengurangi program stimulus di negara masing-masing.
Dalam transaksi Rabu sore, indeks Nikkei 225 di bursa Jepang turun 28,90 poin (0,3%) menjadi 10.382,20. Indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 0,5% menjadi 20.040,42 dan indeks di China sedikit turun, 0,1%. Di Korea Selata, indeks harga saham tergelincir 0,6% menjadi 1.661,03.
Dariusz Kowalczyk, pengamat dari SJS Markets di Hong Kong menilai bahwa program stimulus fiskal dan moneter di sejumlah negara yang tidak akan dipertahankan sudah mulai meresahkan. "Padahal permintaan di sektor swasta masih belum cukup kuat untuk menggantikan stimulus, mengingat tingkat pengangguran di AS dan Eropa masih terlalu tinggi," kata Kowalczyk.
Dia memperkirakan bahwa ekonomi global - yang sudah diperkirakan tumbuh sedikitnya 4 persen pada triwulan kedua - akan mulai berkontraksi lagi pada triwulan keempat.
Para investor saham juga menaruh perhatian pada pasar properti di China yang tengah meningkat pesat. Saking pesatnya pertumbuhan pasar di sektor properti membuat pemerintah China bisa kembali menerapkan pengetatan regulasi demi meredam naiknya harga.
Survei April lalu menunjukkan bahwa harga rumah real-estat di 70 kota di China sudah naik 13 persen. Namun pengetatan regulasi dikhawatirkan bisa mengganggu pemulihan ekonomi di negara-negara tetangga China.
Dalam perdagangan valuta, kurs dolar atas yen turun dari 92,71 yen menjadi 92,58 yen per dolar. Sebaliknya kurs euro atas dolar melemah dari US$1,2641 menjadi US$1,2626 per euro. (Associated Press) (umi)